BAB 3
PENGORGANISASIAN PUBLIC RELATIONS
A. PR Sebagai Proses Manajemen
Didalam suatu organisasi ,
dikatakan “ Public Relations” sebagai proses manajemen secara praktis berada
pada dua tingkatan yang pertama, tingkatan organisasi (organizational level);
kedua tingkatan individu (individual level).
Pada tingkatan organisasi,
kegiatan public relations memberikan laporan langsungkepada pimpinan puncak atau
dalam istilah asing disebut “reports directly to top management”. Sementara
pada tingkatan individu kegiatan public relations adalah membawa atau menjadi
juru bicara manajer. ( Hal : 64)
B. Tugas Praktisi PR
Berdasarkan pandangan tersebut
adapun fungsi dari “public Relations” didalam organisasi meliputi hal yang
sangat luas antara lain dapat disebutkan sbb:
1.
menumbuhkan rasa kebanggaan dan citra perusahaan
yang menguntungkan
2.
mempromosikan produk dan layanan
3.
mendeteksi masalah dan peluang
4.
memberikan pengertian akan wajah perusahaan
5.
menciptakan kerjasama dengan karyawan dan public
6.
melakukan pencegahan terhadap masalah-masalah
perburuhan
7.
menumbuhkan rasa kebanggaan dan citra perusahaan
yang menguntugkan
8.
menciptakan komunikasi yang harmonis dengan
unit-unit organisasi
9.
menciptakan kerjasama dengan pemegang saham
secara berkelanjutan
10. menciptakan
kerjasama dengan pemerintah
11. menciptakan
kerjasama dengan kalangan industri
12. mempersiapkan
SDM perusahaan yang cakap. (Hal : 64 - 65)
Pandangan yang lain juga menyebutkan akan peran dan
fungsi praktis tugas dari seorang PR dalam organisasi atau perusahaan meliputi
:
1.
mempersiapkan tamu pers
2.
menerbitkan laporan tahunan
3.
mempersiapkan wawancara pers
4.
menyusun dan merancang naskah pidato untuk
pimpinan
5.
mempersiapkan presentasi bagi pimpinan puncak
6.
menerbitkan brosur atau company profile
7.
mempersiapkan jamuan makan malam. (Hal : 65)
C. Tugas Potensial PR
Dijelaskan tugas dan tanggung
jawab PR dalam suatu perusahaan atau lebih dikenal dengan sebutan “ Potential
public relations duties “ adalah :
1.
mencari/mendeteksi karyawan
2.
mengkoordinir hubungan dengan media cetakan dan
media elektronik
3.
mengkoordinir aktivitas dengan anggota
legislatif
4.
mengarang musik interaksi dengan masyarakat
5.
memanage hubungan dengan masyarakat pemodal
6.
mendukung aktivitas
7.
mengkoordinir institusi menyebaran “ brosur”
kepada public
8.
mengkoordinir hubungan dengan kelompok khusus
9.
memanage iklan yang menggambarkan kelembagaan
atau non produk
10.
mengkoordinir grafik dan jasa fotografis
11.
riset pendapat
12.
memanage pemberian penghargaan
13.
megkoordinir kegiatan special event
14.
manajemen konseling (Hal : 66)
D. Perencanaan PR
Perencanaan PR itu penting suatu
perusahaan atau institusi, karena memilliki tiga fungsi :
1.
menjelaskan
kepada publik akan kepentingan lembaga
2.
menyampaikan kepada manager tentang sikap publik
3.
melakukan konseling dan memediasi terhadap
kebijakan yang telah dikembangkan, ditetapkan, dan dilaksanakan. (Hal : 67)
Tahapan-tahapan perancanaan PR
(Planing for Public Relations) meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Tahap I : Lingkungan (Environment)
2.
Tahap II : Sasaran Bisnis (Bussines Objective)
3.
Tahap III : Sasaran dan Strategi PR
4.
Tahap IV : Struktur PR (Hal : 68 )
E. Pengukuran Sasaran
PR
Seitel menjelaskan ada beberapa
cara untuk mengukur akan sukses atau
tidaknya suatu kegiatan PR. Pengukuran tersebut biasa dilakukan dengan empat
jenis riset (Four common types of research) :
1.
pemantauan lingkungan
2.
audit public relations
3.
komunikasi Audit
4. pelaksanaan
manajemen berdasarkan sasaran (Hal : 69 )
F. pengorganisasian PR
Harrold Koontz dan Heinch
Weichrich menjelaskan , struktur dan proses pengorganisasian didalam suatu
lembagaatau perusahaan terdiri dari enam
langkah :
1.
menetapkan sasaran perusahaan
2.
merumuskan sasaran, kebijaksanaan dan
perencanaan
3.
mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas yang diperlukan
4.
mengelompokan aktivitas berdasarkan ketersediaan
sumberdaya
5.
mendelegasikan wewenang kepada ketua kelompok
untuk melaksanakan aktivitas
6.
mengikat kelompok secara horisontal dan vertikal
melalui kewenangan dan arus informasi. (Hal : 70)
G. Bagan Organisasi
Public Relations
(Hal : 72)
H. Prasayarat PR
Berdasarkan uraian yang ada, maka
terdapat tiga tingkatan prasyaratt untuk menjadi PR, yaitu tingkatan supervisi,
tingkatan profesional, dan manajer. Ketiga kegiatan tersebut masing-masing
memiliki dasar kompetensi secara fungsional .
Tingakatan supervisi
·
Memiliki lingkup pengetahuan yang luas
·
Memiliki pengetahuan berkomunikasi
·
Memiliki pengetahuan bisnis
·
Memiliki pengetahuan tentang birokrasi
·
Memiliki pegetahuan manajemen
Tingkatan Profesional
·
Dapat berkomunikasi dengan baik
·
Memiliki kemampuan untuk memberikan nasehat
·
Dapat membimbing serta mengarahkan
·
Dapat dipercayai
Tingkatan Manajer
·
Dapat memahami sikap dan persepsi publik
·
Memahami setiap perbedaan diantara publik
·
Memiliki ideologi, namun simpatik dan mudah
menyesuaikan diri
·
Berhati lapang terbuka dan mudah menerima
·
Memahami secara mendalam akan kepentingan publik
·
Memiliki gagasan/ide dan tanggung jawab
·
Memiliki kemampuan menulis baik
·
Realitis dan melindungi bawahannya
·
Dapat segera langsung mengatasi permasalahan dan
memberi jalan keluar (Hal : 75)
BAB IV
KEPEMIMPINAN DALAM PUBLIC RELATIONS
A. Pengertian
Psikologi kepemimpinan merupakan
gabungan dari dua istilah yaitu psikologi dan kepemimpinan. Psikologi mempunyai
arti salah satu bentuk ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai jiwa manusia.
Kepemimpinan adalah individu atau seseorang yang dapat mengerti dan
mementingkan kebutuhan kelompok dalam suatu lembaga, organisasi yang
dipimpinnya. (Hal : 77)
B. Kegunaan Kepemimpinan dalam
Organisasi
Kegunaan pimpinan dalam suatu
organisasi, pada prinsipnya dapat dijalankan melaui beberapa hal :
1.
dapat menyusunn tenaga kerja berdasarkan
keahliannya menjadi suatu kelompokm kerja yang efektif
2.
mengarahkan individu sebagai anggota kelompok
kepada suatu tujuan
3.
mengembangkan kerjasama antara lembaga dengan
bawahan
4.
mencegah salah pengertian antara bawahan dengan
perusahaan organisasi atau lemabaga. ( Hal : 77-78)
C. Tugas Kepemimpinan
Adapun tugas kepemimpinan menurut
Floyd Ruch dalam bukunya “psychologi and life berdasarkan kegiatannya adalah
sebagai berikut :
1.
structuring
the situation, adalah salah satu bentuk dari tugas kepemimpinan untuk
memberi struktur daripada situasi rumit yang dihadapi oleh kelompok
2.
controlling
group behaviour, adalah salah satu bentuk kegiatan dari tugas pimpinan dalam
mengawasi tingkah laku kelompok
3.
Spokesman
of the group, adalah juga salah satu tugas seorang pimpinan dimana dia
harus dapat merasakan dan menerangkan kepada publiknya akan kebutuhan serta
harapan mereka. ( Hal : 78)
D. Syarat Kepemimpinan
Oleh karenanya dalam praktek untuk menunjang kegiatan
kepemimpinan dalam suatu organisasi ataupun lembaga, maka diharapkan seorang
pimpinan haruslah dapat mempunyai kelebihan dari kelompok yang dipimpinnya.
Untuk itu persyaratan khusus yang dimintakan kepada pimpinan ataupun calon
pimpinan antara lain mencakup syarat sebagai berikut :
1. kecerdasan dalam menganalisa setiapp
problema yang dihadapinya
2. kematagan dalam berpikir dan
bertindak dan sekaligus memiliki pandangan yang luas , tidak lekas putus asa
dan dapat mengatasi emosinya
3. motivasi, seorang pemimpin harus
dapat bekerja keras dan bertanggung jawab didalam menyelenggarakan program
kerja untuk kepentingan bersama ( Hal : 79-80)
E. Ciri / Karakteristik Kepemimpinan
Menurut Keith Davis
dalam bukunya “Human Relations at Work “ mengenai Ciri / Karakteristik
Kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1.
Positive Leader
Seorang pemimpin yang
selalu berusaha untuk menambah kepuasan kepada anggota yang dipimpinnya.
2.
Negative Leader
Seorang pimpinan yang
dengan cara-caranya dapat membangkitkan rasa takut dan tidak terjamin kepada
orang-orang yang dipimpinnya sehingga muncul rasa tidak puas dikalangan
bawahannya ( Hal : 80)
F. Cara dan Bentuk Kepemimpinan
Cara / Teknik Memimpin
|
Bentuk Kepemimpinan
|
1.
Cara Otoriter
Pemimpin
menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter ,dimana anggota kelompok
tidak ikut diajak untuk menentukan langkah.
2. Cara
Demokratis
Pemimpin di sini
mengajak anggota kelompok untuk menentukan bersama tujuan kelompok serta
perancangan langkah mengenai sesuatu program kerja.
3. Cara
Laissez Faire
Pemimpin yang
menjalankan peranannya secar pasif ,dan berperan hanya sebagai penonton saja
layaknya.
|
1. Autocratic
Bila seorang
pimpinan memusatkan kekuasaannya pada dirinya dan semua keputusan diambil
bedasarkan pertimbangannya sendiri.
2.
Partisipative
Adanya
kepemimpinan yang bedasarkan partisipasi dari orang yang dipimpinnya.
3. Free
Rein
Adanya kepemimpinan yang dalam
melakukan tanggung jawabnya banyak tergantung kepada orang yang dipimpinnya.
(Hal : 81)
|
BAB V
PROSES DAN FUNGSI KOMUNIKASI DALAM
ORGANISASI
A. Pengantar
Persoalan komunikasi yang paling
menjadi perhatian adalah bagaimana komunikasi yang dilakukan bisa efektif
terhadap orang lainn didalam suatu organisasi atau perusahaan. Itu bisa berarti mencari dukungan, membina
hubungan, mempengaruhi orang lain agarmau melakukan apa yang diinginkan,
menetapkan keputusan, meminta anggota masyarakat untuk melakukan program dan
berbagai hubungan profesional lainnya.
Kemampuan berkomunikasi adalah pengalaman
manusia (human experience) yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kemampuan
seseorang berkomunikasi antara satu
dengan yang lainnya melalui pertukaran ide merupakan langkah awal yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Bahwasannya kemampuan manusia menyimpanpemikiran dan
informasi sebagai respon dari orang lain, merupakan akumulasi pengalaman dan
pengaetahuan yang dapat dipercaya. (Hal : 83-84)
B. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Fungsi komunikasi dalam perusahaan
atau organisasi adalah merubah perilaku, yang diakibatkan oleh penyampaian
informasi yang produktif , untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Hal :
84)
Dengan kata lain fungsi komunikasi
cukup penting di dalam organisasi , karena bertujuan :
1.
menetapkan dan menyampaikan tujuan perusahaan
2.
mengembangkan perencanaan agar mereka
berprestasi
3.
mengorganisir manusia dan sumber daya dengan secara efisien dan efektif
4.
menyeleksi, mengembangkan serta menilai anggota
organisasi
5.
memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan
menciptakan iklim yang mendukung
6.
mengawasi pelaksanaan ( Hal : 85 )
C. Proses Komunikasi
Harold Koontz selanjutnya
menjelaskan, terdapat lima faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses
komunikasi dalam organisasi yaitu :
1.
pengiriman pesan (the sender)
2.
penggunaan saluran komunikasi untuk mengirim
pesan
3.
penerima pesan
4.
ganguan dan umpan balik
5.
situasi dan faktor pengorganisasian pesan dalam
berkomunikasi (Hal : 88)
D. Proses Komunikasi Di Dalam
Organisasi
Michele Tolela Myers dan Gail E.
Myers dalam buku mereka “By Communication-An Intoduction Organizational
Approach “ menjelaskan mengenai arus informasi dalam organisasi dikelompokkan
kepada :
1.
Arus informasi ke bawah (downward communication) dimaksudkan proses komunikasi antara
seseorang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dengan orang lain yang
berada pada tingkatan yang lebih rendah.
2.
Arus informasi ke atas (upward communication) dimaksudkan proses komunikasi antara
seseorang yang berada pada tingkat bawah menyampaikan informasi kepada
seseorang yang berada pada tingkat yang lebih tinggi.
3.
Arus informasi mendatar (horizontal communication) adalah proses komunikasi diantara
seseorang dengan orang lain pada tingkatan yang sama.
4. Arus
informasi diagonal (diagonal
communication) (Hal : 89)
E. Jenis Komunikasi
Helen Harding menjelaskan, jenis
omunikasi dalam organisasi secara praktis dapat dikelompokan pada empat hal :
1.
Komunikasi Tulisan
2.
Komunikasi Lisan
3.
Komunikasi Visual
4.
Telekomunikasi ( Hal : 89)
F. Hambatan Komunikasi
Setiap bentuk komunikais akan
tidak efektif bilamana diantara individu yang menyampaikan pesan dan
menerimanya (unintended receiver) menggunakan makna yang bebeda. Ada beberapa
faktor yang menjadi hambatan dalam berkomunikasi :
1.
ucapan yang tidak bersahabat
2.
penggunaan bahasa yang tidak sopan
3.
bahasa tubuh
4. latar
belakang pendidikan dan budaya (Hal : 90)
G. Efektivitas Komunikasi
Wilbur Schramm pada tahun 1971
menjelaskan bahwa, komunikasi adalah salah satu proses komunikasi timbal balik
tentang pertukaran lambang / isyarat untuk menginformasikan ,mengintruksikan
atau membujuk agar memperoleh pengertian yang sama antara komunikator dan
kontek sosial. Melalui penjelasan tersebut, dengan demikian untuk menciptakan
komunikasi yang efektif didalam organisasi atau perusahaan, maka seorang PR
harus juga memahami kaitan antara lingkungan sosial,konteks hubungan, dan
kerangka referensi antara PR dan Publik. ( Hal : 90-91)
BAB VI
SURAT KABAR SEBAGAI MEDIA PUBLIC RELATIONS
A. Pengantar
Surat kabar merupakan salah satu
media penyebaran informasi yang bersifat tercetak, utamanya untuk publikasi
media melalui siaran pers atau dikenal dengan istilah asing yang populer
disebut “ press release” .
Satu hal yang pasti dan perlu
diingat, kehadiran pers sebagai salah satu pranata sosial, memiliki sifat yang
melembaga. Dalam arti setiap peliputan berita, secara langsung dapat memberikan
refleksi atau cerminan akan kehidupan masyarakat . karenanya peran reporter
untuk meliput peristiwa dan menyajikannya menjadi berita aktual, secara
potensial dapat membentuk opini khalayak. ( Hal : 93)
B. Ciri Berita
Secara teknis Brian .S Books
menjelaskan suatu peristiwa (events) atau kejadian akan memiliki nilai untuk
diangkat menjadi berita, bila memenuhi syarat-syarat berikut :
1.
berpengaruh (
Impact)
2.
kedekatan ( Proximity)
3.
Hangat dan aktual ( Timeliness)
4.
Terkenal (
Prominence)
5.
Hal Baru (
Novelty)
6.
Konflik (Conflict)
( Hal : 94)
C. Tepat, Jujur dan Objektif
Keterbukaan, kebebasan dan
tanggung jawab pers saat ini nyaris hampir terlepas dari konteksnya. Sebagai pranata sosia, pers
cenderung tidak lagi menjaga keseimbangan informasinya, utamanya untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat. Padahal diyakini betul pers merupakan
sarana yang paling ampuh untuk membentuk
pendapat publik dimasyarakat.
Pemilihan fakta dari suatu
realitas politik hanya mungkin bisa disajikan dengan baik melalui tampilan
berita, bilamana seseorang wartawan dapat menggunakan kerangka konsep untuk
merekontruksi peristiwa dan menerjemahkan menjadi relaitas nyata pada khalayak. (Hal : 95 )
D. Teknik dan Struktur Penulisan
Tradisi penulisan berita dalam dunia jurnalistik hingga saat
ini, masuh menggunakan rumusan klasik yaitu, who, what, when, where, why, who.
Secara sistematis rumusanklasik tersebut dapat disingkat 5W + 1H. Secara operasional rumus 5W + 1H tersebut lazimnya diterjemahkan
ke model penulisan piramisa terbalik. (Hal : 96)
GAMBAR PIRAMIDA
TERBALIK (Hal : 97)
E. Teknik Wawancara
Salah satu teknik yang lazim digunakan untuk mencari berita
yang dilakukan oleh pelaksana PR dalam menghadapi seorang reporter adalah
wawancara atau dalam istilah asingnya lebih populer disebut dengan interview.
Dari kegiatan wawancara (prints interview) ada beberapa faktor teknis yang
perlu diperhatikan seorang PR. Berikut
ini langkah-langkah teknis dalam kegiatan wawancara :
1.
lakukan kegiatan wawancara sebagai pekerjaan
rumah
2.
lakukan dengan santai
3.
berbicaralah dalam konteks pribadi
4.
gunakanlah pertanyaan yang sederhana
5.
jawablah suatu pertanyaan secara langsung dan
singkat
6.
jangan sombong
7.
utamakan fakta yang mendukung
8.
izinkan sumbermemberikan beberapa informasi dan
segera simak
9.
hindarkan sumber agar jangan menggunakan istilah
“off the record”
10.
sebutkan yang sebenarnya ( Hal : 97 )
F. Jenis Wawancara Pers
Wawancara pers merupakan suatu
percakapan atau tanya jawab yang berlagsung antara wartawan dan seorang tokoh
masyarakat, pimpinan atau para eksekutif dari suatu organisasi, tujuannya tidak
lain untuk mendapatkan berita dan pendapat.
F. Fraser Bond mengelompokan
wawancara menjadi 3 yaitu :
1.
News
Interview, suatu wawancara untuk memperoleh berita
2.
Opinion
Interview, yaitu percakapan yang ditujukan untuk memperoleh pandangan atau
pendapat yang lahir dari peristiwa atau kejadian.
3.
Personality
interview, sebuah wawancara dengan seorang tokoh, apakah seorang negarawan,
politikus, seorang bintang film yang sedang menanjak namanya, seorang
selebritis, tujuannya untuk
memperkenalkan tokoh yang bersangkutan. ( Hal : 98)
G. Fungsi dan Peranan Profesi
jurnalistik
fungsi jurnalistik
|
peran jurnalistik
|
memberikan informasi , pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial
|
·
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;
·
menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi,
mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan hak asasi manusia serta
menghormati kebhinekaan;
·
mengembangkan pendapat umum berdasarkan
informasi yang tepat, akurat, dan benar;
·
melakukan pengawasan, kritik,koreksi dan saran
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum;
·
memperjuangkan keadilan dan kebenaran. ( Hal :
99)
|
Sementara prasyarat profesi
jurnalistik yang harus diketahui oleh seseorang reporter dalam mencari
informasi pada suatu organisasi adalah :
1.
bersikap independent menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak
beritikad buruk
2.
menempuh cara-cara profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik
3.
menguji informasi, tidak mencampur adukan fakta
dan opini yang menghakimi , menerapkan azaz praduga tak bersalah
4.
tidak bohong, fitnah, sadis dan cabul
5.
tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas
korban kejahatan susila
6.
tidak menerima suap
7.
menghargai ketentuan “ embargo” dan “ off the
record “
8.
melayani hak jawab dan hak koreksi (Hal : 99 –
100)
H. Hak Jawab
Pada umumnya jika terjadi
kesalahan pemberitaan atau siaran pers maka tugas pelaksana public
relations-lah yang harus mendudukan persoalan secara proporsional . dalam dunia
jurnalistik kesempatan untuk membantah itu diberikan dengan baik. istilahnya
adalah hak jawab . dan bagi setiap wartawan yang menghargai profesinya, maka
ketentuan-ketentuan dalam hal ini akan ditaatinya.
Menurut UU RI Nomor 40 Tahun 1999
Tentang Pers Pasal 1 ayat 11 menyebutkan, “
Hak jawab adalah seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan
atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya “.
Untuk memberikan “ hak jawab”,
bantahan terhadap pemberitaan atau siaran yang tidak benar dapat dilakukan dengan
dua cara :
1. pertama secara tertulis
dikemukakan , dan kedua mengadakan konferensi pers
2. kedua, penjelasan yang
diberikan sungguh-sungguh pada materinya dan jangan sampai membuka persoalan
baru, sebab bagaimanapun pers juga
memiliki kata terakhir. ( Hal : 101)
I. Standar Kompetensi PR
Standar etika dan kompetensi
profesi seorang PR dalam melaksanakan tugasya. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai kedua hal tersebut.
STANDAR ETIKA
|
Kompetensi Profesi
|
Profesional Ethics
|
Perilaku yang profesional didasarkan pada niat baik, merasa diawasi
dan dinilai jika melawan kode perilaku. Perasaan ini dapat terwujud , karena
dipaksa melalui interprestasi nyata bagi mereka yang menyimpang dari
penampilan standaryang diterima.
|
The imperative of Trust
|
Hubungan publik atau pimpinan lembaga dengan PR berbedadengan
hubungan mereka dengan penyedia jasa lainnya.
Perbedaan dipusatkan pada hubungan yang berlandaskan kepercayaan .
sewaktu pimpinan mencari jasa profesional , mereka menempatkan dirinya –bukan
hanya pikirannya- dalam suatu resiko. Begitu juga dengan publik . seringkali,
mereka mempercayakan dirinya dankeinginannya kepada Anda. Karena itu ,
pimpinan atau publik dan Anda telah memasuki sebuah hubungan saling percaya,
sehingga di haruskan untuk bertindak sebaik mungkin.
|
Profesional Privillege
|
Hak istimewa pra profesional PR berpondasi pada kepercayaan,
keyakinan dan perilaku yang baik dari
publik maupun dari sesama profesional. Untuk melindungi hak masing-masing
dalam posisinya di masyarakat, para
praktisi membuat kode etik dan standarisasi dalam praktek. Kode etik tersebut
seringkali memiliki kekuatan hukum dan kekuasaan terhadap sanksi negara.
|
Social Responsibility
|
Para profesional PR juga harus dapat memenuhi kewajiban moral dan tanggung jawab dalam
masyarakat. (Hal : 104 )
|
Oleh karenanya penggunaan surat
kabar sebagai salah satu media kegiatan public relations, maka secara praktis
peranan PR dalam mengemban tugasanya, utamanya kepada kegiatan PR yang
berpotensi melanggar hukum perlu segera diantisipasi demi menjaga kepentingan publlik dan
organisasinya.
Berdasarkan standar etika dan
kompetensi profesi , maka tugas dan peran dari PR dalam organisasi ketika
berhadapan dengan keberadaan surat kabar sebagai media kegiatan PR , maka tahapan perencanaan
strategi dan penyusunan program yang harus dilaksanakan secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut (Hal : 104 ):
Tahapan
Perencanaan
|
Tahapan
Program
|
1. mendefinisikan Problem PR
|
1. Penilaian
|
2. Perencanaan
dan program
|
2. Analisis
situasi
|
3. Mengambil
tindakan dan Berkomunikasi
|
3. implementasi
program
|
4. Evaluasi
program
|
4. Strategi
( Hal : 105 )
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar